Salam Pergerkan

Kamis, 21 Januari 2021

Ingatan kemarin
Karya: Aulia Iqbal Firdaus

Sumber gambar: Jatim Times

Lihat langit membiru disamping awan menari

Terdiam menatap keindahan sepadan

Ku putar ingatan kemarin

Saat sang awan menangis melihat kenyataan hidup

Tercengang oleh keadaan memaksa untuk terdiam

Nyawa-nyawa diambil oleh takdir

Lewat si kecil yang tak terlihat menggemparkan dunia

Luar biasa tak terduga dan terkira


                    Dia yang datang tiba-tiba menghilang

                    Dia yang pergi tiba-tiba kembali

                    Rencana hanya menjadi rencana

                    Yang tak direncanakan musti terjadi


Upaya tidak henti digencarkan

Doa terus mengalir dari bibir

Segala rumus berusaha untuk dipecahkan

Tak ada yang mampu  menghindari takdir

Semua terjadi atas kehendak-Nya


                Sesaat setelahnya

                Awan, kembali menangis

                Meresapi tenaga gugur dimedan perang

                Ia yang di sayangi harus pergi

                Selamat jalan para pejuang

                Jasamu sangat berarti bagi kami

Ngawi, 20 Januari 2021

Kamis, 14 Januari 2021

Rabi’ah al – Adawiyyah, Sosok Wanita Pemberani dan Wali Allah Pada Abad Ke-9

Oleh: Muhammad Ulul Abshor

Editor: Henrik

Sumber gambar: Waydeenmuslim.com

Penaklukan, imigrasi, perdagangan, irigasi, urbanisasi pemerintah Islam awal tidak hanya mengubah lanskap alam Irak, tetapi juga medan psikologi agama zaman kuno. Perpindahan agama dari berbagai jenis Paganisme, Yudaisme, Kristen, dan Majusi hanya menangkap transformasi itu secara garis besar saja . Rabi’ ah Al – Adawiyyah mengilustrasikan aspek komplementer darinya.

Islam awal sangat fleksibel, mengambil banyak bentuk sesuai dengan geografi, status, serta latar belakang sosial dan agama umat Islam yang baru dan yang lama. Kita tidak mungkin bisa mengirim seorang antropolog ke era Umayyah dan Abbasiyah, tetapi sudah di ketahui luas bahwa umat Islam terdiri dari beraneka ragam komunitas Islam, bukan monolit tunggal yang disatukan oleh rukun iman dan ibadah ritual. Karena itu, wajar jika terjadi tingkat ketidakpastian pada level kolektif. Mengingat sifat bukti yang kita miliki, bagaimana kita membayangkan kehidupan pribadi seorang Muslim pada zaman itu? Apa saja harapan, pola pikiran, disposisi kognitif dan emosional, dan bagaimana semua itu diwujudkan dalam budaya? Rabi’ah Al–Adawiyyah, wanita suci yang paling terkenal dalam Islam, memungkinkan kita melihat pengalaman seseorang dalam mempraktikkan kesalihan dan komitmen psikologisnya: spiritualitas Islam awal.

Kita telah melihat komitmen religius Nabi Muhammad Saw. Mengawali berbagai peristiwa yang akan mengubah geografis politik dunia Timur Tengah dan Laut Tengah. Namun, banyak umat Islam yang tidak mampu atau enggan berpartisipasi dalam proyek pemerintahan; mereka hanya menjadi penonton yang cuek, pengamat acuh tak acuh atau kritikus yang diam-diam menentang sebagian perubahan yang terjadi. Beberapa orang yang bersedia mengubah kondisi emosi atau psikologinya, alih-alih menaklukan atau memerintah dunia. Bagi orang-orang yang ini beberapa diantaranya orang yang putus sekolah, atau perusuh, sementara lainnya adalah individualis eksentrik tersedia ruang sosial maupun materi diskursif untuk memperdalam dan menyalurkan alur kehidupan internalnya. Dengan kata lain, nilai nilai budaya memungkinkan gaya spritualitas dan orang orang yang tertarik dengan hal itu dapat merujuk dan menghasilkan berbagai cerita, teks, narasi, mitos Al Qur’an, dan dicta  Nabi yang mengungkapkan alur tersebut dalam istilah yang sangat Islami karena warisan yang diciptakan umat Islam tentang Nabi Muhammad Saw. Bukan hanya tentang hukum, reformasi sosial, atau hegemoni religio–politik, melainkan juga tentang mengingat Tuhan, shalat dalam kesendirian, kesederhanaan, dan bahkan kemiskinan. “Hai orang–orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak–banyaknya,” seperti yang dikatakan Al-Qur’an 33: 41. Rabi’ah al–Adawiyyah tampaknya mencerminkan tahap awal gaya pertapaan dari spiritualitas Islam.

Tetapi, upaya mewujudkan adalah proses kolektif dan inkremental. Rabi’ah tidak meninggalkan karya tulis apa pun; dia juga bukanlah sosok yang cukup penting pada zamannya untuk menarik perhatian para penulis sejarah abad ke–9. Selama berabad–abad, sekian banyak mitos, legenda, dan polemik menutupi kenangan samar tentang sosok asli Rabi’ah yang hidup pada abad ke–8, yang mentransformasikan sosok yang tidak jelas menjadi mistik sufi yang terkenal. Ini adalah pencapaian yang cukup hebat. Asketisisme dan mistisme mungkin sering menyatu; tetapi, sesungguhnya keduanya tidak harus dikombinasikan. Sufisme juga tidak memonopoli mistisme dalam tradisi Islam. Secara kronologis, asketisme sudah ada sebelum sufisme yang  baru dikenal sebagai sebuah gerakan pada akhir abad ke–9 dan abad ke–10. Bahkan, keberhasilan sufisme dalam mengukir tempat di masyarakat Islam dalam beberapa hal berdasarkan kesuksesannya dalam mempresentasikan kalangan pertapa dari abad ke–8, seperti Rabi’ah sebagai sufi Avant la lettre. Dibawah, kita akan membahas Al-Hallaj, yang bisa dikatakan merupakan tokoh mistik muslim yang paling spektakuler. Potongan terbesar cerita yang menyampaikan hampir seluruh  kehidupan legendaris Rabi’ah di rangkai pada abad ke-12 dan abad ke–13, dan kehadiran sosoknya dalam sebuah karya yang dikaitkan dengan penulis hagiografi Farid ad– Din Al -'Attar (w. 1221) yang benar-benar mengokohkan posisinya di panteon orang-orang suci sufi sebagai teladan wanita suci.

Al–‘Attar menulis karyanya dalam bahasa Persia untuk pembaca Iran dan Asia Tengah, tetapi reputasi Rabi’ah tersebar jauh dan luas. Bibi Jamal khatun, wanita suci abad ke–17 yang tinggal di India Barat, “menguasai kondisi dan tahapan yang luhur [istilah – istilah teknis untuk tahapan dalam jalan mistik sufi], pertapaan dan pengerahan tenaga, dan dalam penolakan dan pelepasan hal–hal duniawi, dia adalah seseorang yang unik.” Dia adalah “Rabi’ah pada zamannya”, seperti yang dikatakan seorang penulis hagiografi. ketenaran Rabi’ah juga menyebar ke Barat: para pelancong yang berjalan di sekitar Gunung Zaitun di Yerusalem kadang- kadang menemui makamnya. (Alasan sepenuhnya menyesatkan. Orang Yahudi dan Kristen dikenal mengklaim makam itu sebagai makam Nabi perempuan atau wanita sucinya sendiri dan dalam memasuki khazanah Islam populer, makam itu pertama-tama dihubungkan dengan sosok bernama Rabi’ah dari Damaskus). Yang lebih fantastis adalah penggambarannya dalam budaya populer modern. Salah satu film klasik Mesir adalah film biografi Rabi’ah, dibintangi oleh Ummu Kultsum, penyanyi Mesir terbesar dari abad ke–20. Untuk beberapa orang yang menulis dalam nuansa feminisme l, Rabi’ah adalah teladan kemandirian wanita, seorang wanita yang memiliki hati nurani dan kepercayaan diri untuk menyampaikan kebenaran di hadapan hegemoni laki – laki. Tampaknya, daya tarik sosoknya tidak pernah ada habisnya.

Rabi’ah yang lebih masuk akal

Dapatkah kita mengatakan apa pun dengan yakin tentang sosok Rabi’ah? Latar belakang etnis dan sosialnya masih diperdebatkan; beberapa sumber mengatakan dia lahir pada awal abad ke–8 dari keluarga miskin, yatim piatu , dan dijual sebagai budak. Menurut kisah kelahiran yang paling umum, Nabi Muhammad Saw. muncul dalam mimpi ayahnya, berjanji bahwa putrinya akan berdoa mewakili 70.000 Muslim.  Kemudian, sebagaimana diperintahkan Nabi Muhammad Saw. untuk mengunjungi Gubernur setempat , ayahnya lepas dari jerat kemiskinan berkat hadiah dari sang gubernur. Apa yang  sesungguhnya terjadi tampaknya tidak begitu ajaib dan lebih masuk akal mengingat status lokalnya.

Rabi’atul Adawiyyah ahli ibadah perempuan yang kerap menangis dan bersedih karena mengingat akan kekurangan-kekurangan dirinya dihadapan Allah. Jika mendengar keterangan perihal neraka, Rabiah jatuh tak sadarkan diri untuk beberapa saat. Rabiatul Adawiyyah dapat di kategorikan sebagai khawashul khawash dalam tingkatan Imam Al–Ghazali atau superistimewa, tingkat tertinggi setelah tingkat orang kebanyakan (Awam) dan tingkat orang istimewa (khawash). Kalau kebanyakan orang beristigfar atau meminta ampunan Allah atas dosa, Rabiatul beristigfar untuk ibadah yang tidak sempurna. Berikut adalah Karya Rabi’ah al-Adawiyyah: Disco y canciones de unamistica sufi, Chants de la recluse, I detti di Rabi’a. 

Daftar Pustaka

Adang, C., “Ibn Hamz on Homosexuality : a Case - Study of Zahiri Legal Methodology” , al Qantara 24 (2003), hlm. 5 – 31.

Adler, E. N., Jewish  Travellers ( London, 2005).

https://islam.nu.or.id/post/read/116317/rabiah-al-adawiyah--sufi-perempuan-peletak-dasar-mazhab-cinta

Annestay, J., Une femme soufie en Islam : Rabi’a  al – ‘Adawiyya (Paris, 2009).


Minggu, 10 Januari 2021

Pesawat Sriwijaya Air Rute Jakarta-Pontianak, Jatuh Di Kepulauan Seribu



kontributor gambar: Sahabati Dinda

Sahabatmad.blogspot.com-

Pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak di kabarkan hilang kontak. Pesawat Boeing 753-500 dengan nomor penerbangan SJ182 dikabarkan hilang kontak di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu. Di lansir dari laman kompas.com, pesawat hilang kontak empat menit pasca lepas landas dari bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, pada Sabtu (9/1/2021) pada pukul 14:30 WIB.

Bupati Kepulauan Seribu, Junaedi mengatakan ada pesawat jatuh di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu. Dia menerima informasi itu sekitar pukul 14.30 WIB. Junaedi mengatakan pesawat tersebut jatuh dan meledak.

“Iya katanya ada (pesawat jatuh) tadi jam 14.30 WIB. Mungkin saat ini sedang ada pencarian infonya ada (pesawat) yang jatuh, meledak di Pulau Laki,” ujar Junaedi kepada detikcom, Sabtu (9/1/2021).

Tentang Pulau Laki Junaedi menjelaskan. Pulau tersebut berada di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Tidung. Menurutnya, Pulau Laki merupakan tempat tidak berpenghuni.

“Pulau itu perbatasan Pulau Tidung dan Pulau Lancang, tengah-tengah antara Tidung dan Lancang “Nomor penerbangannya SJY 182, nomor registrasinya PKCLC,” kata Manajer Branch Communication and Legal Bandara Soekarno-Hatta Haerul Anwar saat dihubungi detikcom, Sabtu (9/1). 

Segenap keluarga besar Rayon Matori Abdul Djalil, turut berduka cita atas jatuhnya pesawat tersebut, mari kita doakan semoga seluruh keluarga dan kerabat para penumpang serta awak pesawat, semoga di berikan kekuatan dan kesabaran. Dan semoga proses evakuasi dapat berjalan dengan lancar(s/red).

Sumber: kompas.com, detik.com


Rabu, 06 Januari 2021

Kaderisasi Di tengah Pandemi

  
kontributor: Dokumentasi MAPABA
sahabatmad.com, Salatiga-Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, karena Covid-19. Rayon Matori Abdul Djalil, Komisariat Djoko Tingkir, PMII FTIK IAIN Salatiga tetap melaksanakan Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA), yang bertempat di Pondok Pesantren An-Nur, Dsn. Klego, Ds. Candirejo, Kec. Tuntang, Kab. Semarang, pada tanggal 25-30 Desember 2020. Ketua Rayon Matori Abdul Djalil, Sahabat Muhamad Hani Yusuf memaparkan, “MAPABA PMII tahun ini harus tetap di jalankan dengan tetap mengikuti intruksi dari Komisariat Djoko Tingkir dan PC PMII Kota Salatiga dan tetap menerapkan protokol kesehatan”. Pernyataan tersbut di sampaikan pada rapat Badan Pengurus Harian Rayon, satu bulan sebelum dilaksanakannya kegiatan ini.
    Ketua Panitia pelaksanaan MAPABA Sahabat Supriadi Abdillah, menyebutkan secara keseluruhan peserta kegiatan ini di ikuti oleh 200 lebih calon anggota baru yang di bagi dalam tiga kloter. Masing-masing kloter terdiri dari 70 calon anggota baru dan 25 panitia.
    Kegiatan tersebut di lakukan secara bertahap selama 6 hari. Kendati di lakukan secara bertahap, namun tidak mengurangi esensi dan tetap memberikan materi secara penuh kepada calon Anggota baru Rayon Matori Abdul Djalil, baik materi yang sifatnya umum maupun internal PMII. “Dengan harapan setelah mengikuti MAPABA, nantinya dapat di berproses baik di PMII”
    Selain itu juga diharapkan, nantinya bisa memegang estafet pergerakan Rayon Matori Abdul Djalil di masa yang akan datang sekaligus membumingkan Nilai-nilai Islam Ahlussnah Wal Jama’ah Annahdliyah di IAIN khususnya di Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Kegururan. Sesuai dengan tema yang di usung pada tahun ini yaitu, Mewujudkan Nilai-nilai ASWAJA Annahdliyah, Sebagai Landasan Gerak Kader Mu’taqid Dalam Ranah Pendidkan
    Kegiatan ini banyak mendapat apresiasi dari berbagai pihak, baik Pengurus Cabang, Komisariat maupun Nahdlatul Ulama (NU) di lingkup Kota Salatiga. Pasalnya, mengorganisir kegiatan ketika situasi seperti ini bukan hal yang mudah banyak sekali hambatan-hambatan yang harus dilalui. Apalagi, kegiatan ini dipersiapkan hampir bersamaan degan Ujian Akhir Semester di kampus. Hal ini menjadi tantangan tersendiri, akan tetapi berkat kerja keras panitia dan rasa cinta terhadap organisasi kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik, tanpa halangan suatu apapun. Dan juga berkat kerjasama yang baik dengan Pondok Pesantren dan Masyarakat di lingkungan sekitarnya. 
    Sahabat Muhamad Hani Yusuf, selaku ketua Rayon mengucakpkan banyak  terima kasih kepada beliau Gus Ali Munabah S.Pd. I (Pengasuh Pondok) dan Gus Abdullah Faqih S. Pd. I, serta keluarga ndalem yang telah mengayomi serta mengijinkan kegiatan yang dilakukan di Pondok Pesantren An- Nur. Dalam kesempatan yang sama juga  mengucapkan terimakasihnya kepada Sahabat-sahabati dari jajaran Komisariat, Pengurus Cabang dan Senior-senior PMII serta semua pihak yang telah bekerja sama demi terselenggaranya kegiatan ini.
"Ilmu dan bakti ku berikan adil dan makmur ku perjuangkan, tumbuh subur wahai kau harapan bangsa". Catatan MAPABA 2020, Divisi Jarkominfo.(s/Red)

PMII KOTA SALATIGA, KOMISARIAT DJOKO TINGKIR, RAYON MATORI ABDUL DJALIL (MAD) GELAR DOA BERSAMA BAGI KORBAN LAKA DI EXIT TOL BAWEN

Ahad (24/09/2023) pukul 13.00 Rayon Matori Abdul Djalil (MAD) menggelar doa bersama atas musibah yang menimpa korban pada Laka Exit Tol Bawe...